Minggu, 29 Januari 2012

“Berkat Jamur, Saya Bisa Keliling Asia dan Eropa”


     Kalau dilihat secara sepintas, perempuan paruh baya yang selalu mengenakan kerudung itu tampak seperti kebanyakan ibu rumah tangga lainnya pada umumnya. Tapi, jika  sudah terlibat dalam pembicaraan dengannya, pengamatan sekilas yang cendrung menganggap remeh kehadiran wanita itu akan runtuh. Sikapnya yang familiar serta tutur katanya yang lugas, menyadarkan lawan bicaranya kalau perempuan ini tidak bisa dipandang sebelah mata.
     Kerja keras perempuan bernama Endjah Hodijah, saat ini sebagai ketua Kelompok Wanita Tani (KWT) Hanjuang pernah memperoleh penghargaan dari Food and Agriculture Organization (FAO) di Bangkok, thailand tahun 1990 piagam itu mampu diraih berkat kerja kerasnya dibidang lingkungan sejak tahun 1985.
     “Awalnya saya mengajak ibu – ibu di lingkungan sekitar untuk peduli terhadap lingkungan, dengan cara pemanfaatan lahan pekarangan untuk tanaman hias,” ujarnya.
     Pada tahun 1992 bersama kelompok tani yang dipimpinnya menyamber predikat juara nasional pemanfaatan lahan pekarangan dengan tanaman hias. Tidak sampai disitu saja empat tahun kemudian ia berhasil mencuatkan kembali nama dan kelompok taninya memboyong predikat juara Nasional Kebun Bibit Desa Swadaya dengan unggulan 56 jenis tanaman hias. Terakhir prestasi yang diraihnya adalah Piagam Tanda Kehormatan Satyalancana Wira Karya dari Presiden Republik Indonesia pada tahun 1999. Rentetan prestasi yang berhasil dicetaknya itu membuktikan wanita kelahiran Bogor 52 tahun lalu itu tidak mau terpaku hanya pada seputar pekerjaan rumah tangga saja.
    “Saya itu, tidak bisa diam menunggu rumah dan hanya menerima nafkah dari suami saja. Pinginnya berkarya dan bereksperimen dalam suatu usaha,” ujarnya.
    Kemampuannya dalam menganalisa peluang pasar, membuka pintu usaha lain yang sebelumnya tertutup rapat. Menyikapi peluang pasar tanaman hias yang mulai jenuh, Endjah bersama kelompok taninnya perlahan tapi pasti mulai menapaki jenis usaha lain yaitu budidaya jamur.
    “Karena krisis moneter pada tahun 1997 penjualan tanaman hias merosot tajam. Setelah mendapat pelatihan di hutan Cifor Sindang Barang Jero mengenai budidaya jamur, kami merasa tertarik dan terus mencoba melakukan pembudidayaan jamur,” jelasnya.
     Usahanya tidak sia-sia, dari Sindang Barang, Endjah di kirim oleh Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor melanjutkan pelatihan budidaya jamur ke Jerman, Belgia, dan memperoleh sertifikat Specialty Improvement of Production and Dissemination of Mushrrom Growing Technigues di Belanda.
      Sepulang dari Eropa, dengan memperoleh ilmu budidaya jamur, mendapat bantuan peralatan laboratorium untuk pembiakan jamur, dan bibit jamur Oster Mushrrom dari pemerintah Kerajaan Belanda, Endjah menularkan ilmunya pada anggota kelompok. Disamping itu membuat usaha pembibitan jamur (lok) sekaligus laboratorium pembiakan untuk praktek.
    Selain bibit jamur Oster Mudhrrom, berbagai jenis jamur seperti, jamur merah, jamur hitam, kuning, tiram dan jamur kuping juga dikembangkannya. Saat ini, usahanya lebih berkonsentrasi pada pembuatan bibit jamur (baglog). Dengan mempekerjakan delapan orang karyawan, enam diantaranya anak putus sekolah dari desa IDT di Kecamatan Tamansari.
     Kini tempat usaha dan laboratoriumnya, menjadi tempat magang dan pelatihan jamur terutama oleh petugas Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) dari luar Jawa, kelompok tani, mahasiswa dari IPB, UI, UNJ dan perguruan tinggi lainnya.
   “Tempat magang dan pelatihan ini telah melatih lebih dari ratusan orang dari seluruh Indonesia,”tuturnya.
    Disamping sebagai trainer budidya jamur, wanita tani pelopor yang telah banyak melatih kader-kader wanita tani khususnya di Kabupaten Bogor ini, masih menyimpan pekerjaan rumah yang harus segera diselesaikan yaitu mewujudkan impiannya untuk membentuk koperasi wanita tani. Kehadiran koperasi wanita tani diharapkan akan menguatkan peran saerta wanita dalam membantu roda perekonomian keluarga.
     “Rencana saya kedepan adalah membentuk koperasi wanita tani agar wanita tani lebih berdaya. Wanita diharapkan menjadi lebih produktif, dengan begitu paran wanita dalam rumah tangga akan lebih baik,” ungkapnya.


1 komentar:

  1. Rumahnya ada disamping rumahku. Kita sapa dia "Ibu haji". Salah satu sesepuh di wilayah Gang Pala.
    I love u, ibukkkk♥️

    BalasHapus