Kalau dilihat secara sepintas, perempuan
paruh baya yang selalu mengenakan kerudung itu tampak seperti kebanyakan ibu
rumah tangga lainnya pada umumnya. Tapi, jika
sudah terlibat dalam pembicaraan dengannya, pengamatan sekilas yang
cendrung menganggap remeh kehadiran wanita itu akan runtuh. Sikapnya yang
familiar serta tutur katanya yang lugas, menyadarkan lawan bicaranya kalau
perempuan ini tidak bisa dipandang sebelah mata.
Kerja keras perempuan bernama Endjah Hodijah,
saat ini sebagai ketua Kelompok Wanita Tani (KWT) Hanjuang pernah memperoleh
penghargaan dari Food and Agriculture
Organization (FAO) di Bangkok, thailand tahun 1990 piagam itu mampu diraih
berkat kerja kerasnya dibidang lingkungan sejak tahun 1985.
“Awalnya saya mengajak ibu – ibu di
lingkungan sekitar untuk peduli terhadap lingkungan, dengan cara pemanfaatan
lahan pekarangan untuk tanaman hias,” ujarnya.
Pada tahun 1992 bersama kelompok tani yang
dipimpinnya menyamber predikat juara nasional pemanfaatan lahan pekarangan
dengan tanaman hias. Tidak sampai disitu saja empat tahun kemudian ia berhasil
mencuatkan kembali nama dan kelompok taninya memboyong predikat juara Nasional
Kebun Bibit Desa Swadaya dengan unggulan 56 jenis tanaman hias. Terakhir
prestasi yang diraihnya adalah Piagam Tanda Kehormatan Satyalancana Wira Karya
dari Presiden Republik Indonesia
pada tahun 1999. Rentetan prestasi yang berhasil dicetaknya itu membuktikan wanita
kelahiran Bogor
52 tahun lalu itu tidak mau terpaku hanya pada seputar pekerjaan rumah tangga
saja.
“Saya itu, tidak bisa diam menunggu rumah
dan hanya menerima nafkah dari suami saja. Pinginnya berkarya dan bereksperimen
dalam suatu usaha,” ujarnya.
Kemampuannya dalam menganalisa peluang
pasar, membuka pintu usaha lain yang sebelumnya tertutup rapat. Menyikapi
peluang pasar tanaman hias yang mulai jenuh, Endjah bersama kelompok taninnya
perlahan tapi pasti mulai menapaki jenis usaha lain yaitu budidaya jamur.
“Karena krisis moneter pada tahun 1997
penjualan tanaman hias merosot tajam. Setelah mendapat pelatihan di hutan Cifor
Sindang Barang Jero mengenai budidaya jamur, kami merasa tertarik dan terus
mencoba melakukan pembudidayaan jamur,” jelasnya.
Usahanya tidak sia-sia, dari Sindang
Barang, Endjah di kirim oleh Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor
melanjutkan pelatihan budidaya jamur ke Jerman, Belgia, dan memperoleh
sertifikat Specialty Improvement of
Production and Dissemination of Mushrrom Growing Technigues di Belanda.
Sepulang dari Eropa, dengan memperoleh
ilmu budidaya jamur, mendapat bantuan peralatan laboratorium untuk pembiakan
jamur, dan bibit jamur Oster Mushrrom
dari pemerintah Kerajaan Belanda, Endjah menularkan ilmunya pada anggota
kelompok. Disamping itu membuat usaha pembibitan jamur (lok) sekaligus
laboratorium pembiakan untuk praktek.
Selain bibit jamur Oster Mudhrrom, berbagai jenis jamur seperti, jamur merah, jamur
hitam, kuning, tiram dan jamur kuping juga dikembangkannya. Saat ini, usahanya
lebih berkonsentrasi pada pembuatan bibit jamur (baglog). Dengan mempekerjakan
delapan orang karyawan, enam diantaranya anak putus sekolah dari desa IDT di
Kecamatan Tamansari.
Kini tempat usaha dan laboratoriumnya,
menjadi tempat magang dan pelatihan jamur terutama oleh petugas Penyuluh
Pertanian Lapangan (PPL) dari luar Jawa, kelompok tani, mahasiswa dari IPB, UI,
UNJ dan perguruan tinggi lainnya.
“Tempat magang dan pelatihan ini telah melatih lebih dari ratusan orang
dari seluruh Indonesia,”tuturnya.
Disamping sebagai trainer budidya jamur,
wanita tani pelopor yang telah banyak melatih kader-kader wanita tani khususnya
di Kabupaten Bogor ini, masih menyimpan pekerjaan rumah yang harus segera
diselesaikan yaitu mewujudkan impiannya untuk membentuk koperasi wanita tani.
Kehadiran koperasi wanita tani diharapkan akan menguatkan peran saerta wanita
dalam membantu roda perekonomian keluarga.
“Rencana saya kedepan adalah membentuk
koperasi wanita tani agar wanita tani lebih berdaya. Wanita diharapkan menjadi
lebih produktif, dengan begitu paran wanita dalam rumah tangga akan lebih
baik,” ungkapnya.
Rumahnya ada disamping rumahku. Kita sapa dia "Ibu haji". Salah satu sesepuh di wilayah Gang Pala.
BalasHapusI love u, ibukkkk♥️