Keterbatasan
modal, tidak menyurutkan, Iman (45) warga Kelurahan Mekarwangi, Kecamatan
Tanahsareal, Kota Bogor untuk mengelola usaha pembuatan tape
singkong, walaupun biaya yang harus dikeularkan untuk keperluan usaha tersebut
relatif cukup besar.
Iman, tidak pernah berputus asa untuk
mengembangkan usahanya. Itu terbukti, sejak tahun 2003 sampai sekarang usaha
memproduksi tape singkong atau masyarakat Jawabarat lebih akrab menyebut peuyeum, tetap dipertahankan.
“Usaha ini menjadi penyangga priuk nasi, jadi
bagaimana pun usaha ini tetap akan kami pertahankan, walaupun modalnya cukup
besar,” ujar Iman, mengawali perbincangan dengan GESIT di kediamannya, beberapa
waktu lalu.
Ia menuturkan, sebelum menemukan titik
terang, usaha yang ditekuninya itu sempat mengalami kemegapan, lagi-lagi
masalahnya tidak lain karena menyangkut permodalan. Apalagi diiringi harga
bahan baku yang
terus melambung.
Namun, kondisi itu tidak membuat mantan
ketua Rw. ini patah semangat, ia pun terus berjuang untuk membesarkan usahanya,
hingga kini usaha memproduksi tape
singkong itu mulai menampakan kemajuannya. Laba yang diperolehnya mulai
merambat naik walaupun belum mencapai apa yang diinginkan.
“Saya sangat bersyukur bisa mengelola
usaha tape ini, walaupun keuntungan tidak begitu besar tetapi ada kepuasan
tersendiri, sebab setidaknya kami sudah bisa menciptakan lapangan pekerjaan
bagi warga disini,” ujar Iman.
Saat ini karyawan yang bekerja di sektor
industri tape singkong ini ada sekitar 10 orang, dengan penghasilan
berfareatif. Untuk pekerja berpengalaman bagian pengolahan dibayar Rp 25 ribu/
hari. Sedangkan pekerja serabutan yaitu bagian pengupasan, seorang tenaga kerja
diupah Rp 25 untuk 1 kg singkong hasil kupasan.
“Untuk tenaga pengupasan, yang umumnya
dilakukan oleh kaum wanita, seorang tenaga kerja perharinya bisa melakukan
pengupasan lebih dari lima
kwintal singkong, upah yang mereka dapatkan Rp 12.500,” kata Iman.
Produksi
Dalam urusan membuat
tape singkong, Iman boleh dibilang jagonya. Kendati pembuatannya dilakukan
dengan alat sederhana, namun ia mampu memproduksi tape singkong sekitar 2,7 ton dalam setiap harinya. Untuk
memenuhi hasil produksi tersebut, kata Iman, dibutuhkan bahan baku singkong sekitar 3 ton. Bahan baku itu, ia dapatkan dari
penyuplai atau langsung dari petani dengan patokan harga untuk singkong mentega
sebesar Rp 750/kg.
Memproduksi tape singkong kata Imam, modalnya
relatif cukup besar, untuk memproduksi sebanyak 2,7 ton tape dibutuhkan biaya
sekitar Rp 3 juta. Biaya sebesar itu belum termasuk ongkos tenaga kerja. “Jadi
kalau ditotalkan biaya keseluruhan sekitar Rp 4 juta-an,” jelasnya.
Sementara untuk pemasaran, Iman mengaku tidak
mengalami kesulitan. Saat ini pemasarannya mengandalkan penjualan pada agen
atau penampung. Untuk 1 kg tape singkong ia menjualnya kepada agen seharga Rp
2.000. “Kedepannya kami ingin memperluas jaringan, yaitu menggarap penjualan
langsung ke pasar,”tandas Iman. (firman/gesit)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar