Minggu, 29 Januari 2012

Usaha Kripik Singkong Gairahkan Ekonomi Warga


 
        Usaha makanan memang cukup menjanjikan, tak terkecuali makanan ringan seperti kripik singkong. Selain bahan baku yang gampang dicari, proses pembuatannya pun tidak sulit. Bukan itu saja, kripik singkong banyak digandrungi masyarakat luas
     Tengok saja, Asep, salah seorang pengrajin kripik singkong di kampung Mangkalaya Desa Cibolang Kecamatan Gunungguruh Kabupaten Sukabumi, ia memproduksi kripik singkong sebanyak 900 kg per hari.
    “Produksi kripik singkong ini untuk memenuhi permintaan pasar wilayah Bogor, Bandung dan Jakarta. Satu kilogram kripik singkong dijual seharga Rp 5.000,” kata Asep, seraya menyebutkan untuk memproduksi sebanyak 900 kg kripik singkong dibutuhkan bahan baku singkong sebanyak 3 ton.    
    Diakuinya, dengan usaha kripik singkong sebagai panganan kecil yang disukai semua lapisan, mampu menggerakan roda ekonomi bagi warga sekitar, pengecer bahkan sampai bandar-bandar besar. “Kami sangat bersyukur, usaha industri rumahan ini mampu menyerap warga sekitar sebagai tenaga kerja. Saat ini ada 40 orang warga yang menggantungkan nafkahnya disektor industri kripik singkong ini,”  paparnya.
    Strategi pasar yang dilakukannya, selain menjaga kualitas produksi dengan dipilih bahan baku yang baik, adalah segmen pasar yang masuk kesemua kalangan. “Untuk menjaga kualitas, kami mengandalkan bahan baku singkong wulung. Kripik dari singkong jenis ini selain renyah rasanya juga lebih lezat,” ungkap Asep.
     Pengrajin kripik singkong lainnya, Parta (50) menyebutkan, pemasaran kripik singkong yang diproduksinya sebetulnya sudah menjangkau berbagai kota besar diantaranya Jakarta dan Bandung. Namun, karena keterbatasan dana untuk biaya produksi maupun pengangkutan, maka pemasaran kini hanya dibatasi di wilayah Sukabumi dan Bogor saja.
    “Para pengrajin kripik singkong di wilayah ini membutuhkan perhatian dari pemerintah berupa modal maupun pembekalan guna menunjang peningkatan produksi kripik singkong,” harap Parta.
    Menurutnya, kendala yang tengah dihadapi para pengrajin kripik singkong pada saat ini adalah membengkaknya biaya produksi seperti untuk minyak goreng sangat tinggi. “Harga minyak goreng cukup mahal saat ini mencapai Rp 13.000/ kg. Padahal minyak goreng merupakan bahan pokok yang sangat menunjang bagi kelancaran produksi. Sementara harga jual kripik tetap rendah. Jadi keuntungan yang diperoleh pengrajin pun sangat tipis.” ucap Parta.    
    Ketika Gesit menyinggung bantuan modal usaha dari pemerintah, Parta dan Asep mengaku selama menjalankan usahanya belum pernah mendapatkan bantuan baik dari pemerintah daerah maupun pusat. (Irwan Byas/ gesit)    





Tidak ada komentar:

Posting Komentar